Thursday, April 26, 2018

contoh makalah struktur jembatan


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Struktur Jembatan”
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik darisegi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap         pembaca.
    


                                                                                      Cirebon, Januari 2015           


                                                                                                           Penyusun                      


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk penyeberangan pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows). Jembatan sering menjadi komponen kritis dari suatu ruas jalan, karena sebagai penentu beban maksimum kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut.
Jembatan didefenisikan sebagai struktur bangunan yang menghubungkan rute atau lintasan yang terputus oleh adanya sungai, danau, selat, saluran, jalan ataupun perlintasan lainnya. Secara geometrik lebar jembatan berfungsi sebagai pengontrol volume arus kendaraan yang dapat dilayani oleh sistem transportasi. Mengingat fungsi di atas, jembatan dapat dikategorikan sebagai salah satu prasarana transportasi yang sangat penting dalam memperlancar pergerakan lalu lintas
Secara umum struktur jembatan dibagi menjadi dua yaitu struktur atas yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan. an lalu lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki dan sebagainya, struktur bawah yang berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lainnya yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dan sebagainya. Struktur atas atau biasa disebut bangunan atas terdiri atas trotoar, pelat lantai kendaraan, balok utama (girder) dabalok diafragma. Adapun bangunan bawah berupa sistem pondasi seperti abutment dan pilar. Kesatuan struktur yang sempurna antara struktur atas dan bawah jembatan.


1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apakah yang dimaksud dengan jembatan ?
1.2.2        Apakah saja klasifikasi jembatan ?
            1.2.3        Apakah kekurangan dan kelebihan konstruksi jembatan ?
            1.2.4        Apakah bagian dari struktur jembatan ?

1.3  Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.3.1        untuk mengetahui definisi jembatan
1.3.2        untuk mengetahui klasifikasi jembatan
1.3.3        untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan konstruksi jembatan
1.3.4        untuk mengetahui bagian dari struktur jembatan

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Definisi Jembatan
(Sturyk dan Veen:1984) Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa jalan air atau lalu lintas biasa. Jembatan yang berada diatas jalan lalu lintas biasanya disebut viaduct. Jembatan dapat digolongkan sebagai berikut :
 1. Jembatan – jembatan tetap.
 2. Jembatan – jembatan dapat digerakkan. Kedua golongan jembatan tersebut dipergunakan untuk lalu lintas kereta api dan lalu lintas biasa.
(Supriyadi dan Muntohar:2007) Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika.
Menurut (Asiyanto:2008) jembatan rangka baja adalah struktur jembatan yang terdiri dari rangkaian batang – batang baja yang dihubungkan satu dengan yang lain. Beban atau muatan yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan disalurkan kepada batang – batang baja struktur tersebut, sebagai gaya – gaya 9 tekan dan tarik, melalui titik – titik pertemuan batang (titik buhul). Garis netral tiap – tiap batang yang bertemu pada titik buhul harus saling berpotongan pada satu titik saja, untuk menghindari timbulnya momen sekunder.



2.2  Klasifikasi Jembatan
Menurut (Siswanto:1999), Jembatan dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam jenis/tipe menurut fungsi, keberadaan, material yang dipakai, jenis lantai kendaraan dan lain-lain seperti berikut :
1.      Klasifikasi jembatan menurut keberadaannya (tetap/dapat digerakkan)
a.       Jembatan tetap, dapat terbuat dari :
1)      jembatan kayu,
2)       jembatan baja,
3)       jembatan beton bertulang balok T,
4)       jembatan pelat beton,
5)       jembatan komposit,
6)       jembatan beton prategang,
7)       jembatan batu.
b.      Jembatan yang dapat digerakkan (umumnya dari baja) dibagi menjadi :
1)      Jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar, seperti:
a)      jembatan angkat
b)      jembatan baskul
c)      jembatan lipat strauss.
2)      Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar dan yang dapat berpindah sejajar mendatar,
3)      Jembatan yang dapat berputar di atas poros tegak atau jembatan putar,
4)      Jembatan yang dapat bergeser kearah tegak lurus atau mendatar :
a)      Jembatan angkat,
b)      Jembatan beroda,
c)      Jembatan goyah.


2.      Klasifikasi jembatan menurut fungsinya :
a.       Jembatan jalan raya,
b.      Jembatan jalan rel,
c.        jembatan untuk talang air/aquaduk, dan
d.      jembatan untuk menyebrangkan pipa-pipa (air, minyak, gas).
3.      Klasifikasi jembatan menurut material yang dipakai
a.       Jembatan kayu,
b.      Jembatan baja,
c.       Jembatan beton bertulang (konvensional, prategang),
d.      Jembatan bambu,
e.       Jembatan komposit,
f.       Jembatan pasangan batu kali/bata.
4.      Klasifikasi jembatan menurut lantai kendaraan :
a.       Jembatan lantai atas,
b.      Jembatan lantai bawah,
c.       Jembatan lantai ganda,
d.      Jembatan lantai tengah.
5.      Klasifikasi jembatan berdasarkan bentuk struktur atasnya :
a.        Jembatan balok/gelagar,
b.       Jembatan pelat,
c.        Jembatan pelengkung/busur (arch bridge),
d.       Jembatan rangka,
e.        jembatan gantung (suspension bridge),
f.        Jembatan cable stayed.
6.      Klasifikasi jembatan berdasarkan lamanya waktu penggunaan
a.       Jembatan sementara/darurat, merupakan jembatan yang penggunaannya hanya bersifat sementara, sampai terselesaikannya pembangunan jembatan permanen, yang berupa :


1)      Jembatan kayu,
2)       Jembatan balley/acrow, transpanel (Australia)
b.      Jembatan semi permanen yaitu jembatan sementara yang dapat ditingkatkan menjadi jembatan permanen, misalnya dengan cara mengganti lantai jembatan dengan bahan/material yang lebih baik/awet, sehingga kapasitas serta umur jembatan menjadi bertambah baik.
c.       Jembatan permanen, merupakan jembatan yang penggunaannya bersifat permanen serta direncanakan mempunyai umur pelayanan tertentu (misal dengan umur rencana 50 tahun) :
1)      Jembatan baja tipe Australia,
2)      Jembatan baja Belanda,
3)      Jembatan baja Austria,
4)      Jembatan baja tipe Callender Hamilton,
5)      Jembatan komposit,
6)      Jembatan beton.
7.      Klasifikasi jembatan berdasarkan perilaku seismik daktailnya Klasifikasi ini berdasarkan peraturan jembatan menurut Bridge Management System 1992. Jembatan (tidak termasuk pangkal) dapat dikelompokkan untuk maksud perencanaan dan pendetailan kedalam empat jenis struktur sesuai dengan perilaku seismik daktailnya adalah sebagai berikut:
a.       Jembatan kelas A, adalah daktail penuh dan monolitik, dan mempunyai karakteristik berikut:
1)        bangunan atas menerus, atau dengan sedikit mungkin sambungan yang harus direncanakan dengan pelat penghubung yang melepas pada gempa,
2)        semua kolom pilar terikat dalam bangunan atas dan fondasi secara monolitik,

3)        bangunan atas dapat menggeser pada pangkal tetapi harus dicegah terhadap jatuh (yaitu menyediakan jarak lebih yang perlu atau penahan yang cukup)
b.      Jembatan kelas B, adalah daktail penuh dan terpisah, dan mempunyai karakteristik berikut :
1)        sambungan dalam bangunan atas dan antara bangunan atas dan pilar adalah diijinkan,
2)        hubungan antara ujung bentang tersendiri (yang tidak perlu dibuat di atas pilar) dan antara bentang dan pilar didetail agar menampung deformasi dan gaya dari gempa rencana,
3)        semua kolom pilar terikat dalam fondasi secara monolitik,
4)        semua gaya lateral ditahan oleh lenturan kolom pilar,
5)        bangunan atas dapat bergeser pada pangkal tetapi harus dicegah terhadap jatuh (yaitu menyediakan jarak lebih yang perlu atau penahan yang cukup)
c.       Jembatan kelas C, adalah tidak daktail dan mempunyai karakteristik berikut :
1)      umumnya terbatas pada jembatan kecil dengan satu atau dua bentang,
2)      tidak mempunyai daktilitas dalam daerah pasca-elastis dan direncanakan agar menahan gaya gempa dengan perilaku elastis,
3)      tidak ada pembatasan jenis struktural yang boleh digunakan
d.      Jembatan jenis lain, yaitu jembatan selain jenis A, B dan C, yang tidak menghasilkan mekanisme plastis yang pasti dan akan memerlukan analisis dinamik oleh ahli teknik khusus. Jembatan jenis ini mencakup:
1)        Jenis struktur khusus:
a)      jembatan yang didukung oleh kabel,
b)      jembatan lengkung (arch bridge),
c)      jembatan yang menggunakan penyerapan energi khusus.

2)      Jembatan dengan geometrik khusus :
a)      jembatan dengan pilar tinggi sedemikian sehingga massa pilar 20% lebih besar dari massa bagian bangunan atas yang menyambung pada beban inersia dipilar,
b)      jembatan dimana
c)      jembatan dengan bentang lebih dari 200 meter,
d)     jembatan dengan kemiringan besar,
e)      jembatan dengan lengkung horisontal besar.
3)      Jembatan pada lokasi runit :
a)      lokasi melalui atau dekat patahan aktif,
b)      lokasi pada atau dekat lereng potensial tidak stabil,
c)      fondasi pasir lepas,
d)     fondasi tanah sangat lembek
4)      Jembatan sangat penting Jembatan dengan kepentingan ekonomis tinggi mengingat biaya konstuksi tinggi atau akibat keruntuhan yang fatal.

2.3  Kekurangan dan kelebihan konstruksi jembatan
a.       Jembatan Gelagar Besi Lantai Kayu
Kelebihan :
1)        Harga Murah (jika ada kayu di desa setempat)
2)        Konstruksi Sederhana
3)        Kekuatan Gelagar (besi) Terjamin
4)        Perawatan Mudah & Murah
5)        Gelagar Besi Awet (jika terlindung dari karat)
Kekurangan :
1)        Kayu Lantai Sering Lapuk (apalagi kualitas kayu rendah)
2)        Kenyamanan Lalu Lintas Kurang


b.      Jembatan Beton Bertulang
Kelebihan :
1)        Awet (tidak mengenal istilah lapuk seperti kayu)
2)        “Relatif” Tidak Perlu Perawatan
3)        Nyaman bagi Lalu Lintas
4)        Harga murah jika dikaitkan dengan umur pakai/manfaat yang panjang karena kualitas baik
Kekurangan :
1)      Harga Mahal jika kualitas jelek shg umur pakai pendek
2)      Konstruksi Lebih Rumit
3)      Perlu Pengawasan Ketat untuk Menjamin Kualitas Beton
4)      Pondasi Perlu Lebih Kuat (beban konstruksi lebih berat)
5)      Lebih Sulit dalam Perbaikan, jika ada kerusakan
6)      Kesalahan dalam “pengecoran” Sulit Diperbaiki
c.       Jembatan Gantung
Kelebihan :
1)      Bentang Cukup Panjang
2)      Harga Murah
3)      Konstruksi Sederhana
4)      Pelaksanaan Mudah
5)      Kabel Baja “Awet”
6)      Tidak Ada Pekerjaan “Pondasi di Air atau Pilar”
Kekurangan :
1)      Kayu Lantai Mudah Lapuk (apalagi jika kualitas kayu rendah)
2)      Hanya bisa untuk Kend Roda 2 (untuk bisa kend roda 4 harus ada perhitungan yang rumit)
3)      Kurang Nyaman (kondisi yang bergoyang)



d.      Jembatan Gelagar & Lantai Kayu
Kelebihan :
1)      Harga Murah (apalagi jika ada kayu di desa setempat)
2)      Konstruksi Sederhana
3)      Pelaksanaan Mudah
4)      Pemeliharaan Cukup Mudah
Kekurangan :
1)      Kayu Kurang Awet atau Mudah Lapuk (apalagi jika kualitas kayu rendah)
2)      Sedikit Kurang Nyaman bagi Lalin.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Bagian-bagian struktur jembatan
Suatu bangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :
a.       Bangunan atas
b.      Landasan
c.       Bangunan bawah
d.      Pondasi
e.       Oprit
f.      Bangunan pengaman jembatan
.
Gambar 3.1. Bagian-bagian Jembatan
Keterangan Gambar :
1.      Bangunan Atas
2.      Landasan (Biasanya terletak pada pilar / abutment)
3.      Bangunan Bawah (fungsinya : memikul beban – beban pada bangunan atas dan pada bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi, kemudian dari pondasi disalurkan ke tanah)
4.      Pondasi


5.      Oprit (terletak dibelakang abutmen, oleh karena itu tanah timbunan di belakang abutment dibuat sepadat mungkin agar tidak terjadi penurunan tanah dibelakang hari).

Secara umun bentuk dan bagian-bagian suatu struktur jembatan dapat dibagi dalam empat bagian utama, yaitu : struktur bawah, struktur atas, jalan pendekat, bangunan pengaman.

Gambar 3.2. Bagian Struktur-Struktur Jembatan
                    a.       Struktur bawah
       Fungsi utama bangunan bawah adalah memikul beban – beban pada bangunan atas dan pada bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Yang selanjutnya beban – beban tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah. Macam dan bentuk bangunan bawah :
Bangunan bawah jembatan ada dua macam yaitu :
1)      Kepala Jembatan (abutment) Karena letak abutment yang berada di ujung jembatan maka abutment ini berfungsi juga sebagai penahan tanah. Umumnya abutment dilengkapi dengan konstruksi sayap yang berfungsi menahan tanah dalam arah tegak lurus as jembatan

                                               gambar 3.3. Bentuk Abutmen

Bentuk umum abutment pada gambar 3.3. Sering kita jumpai baik pada jembatan- jembatan baru dan jembatan – jembatan lama. Gambar 3.3(a). menunjukkan abutment dari pasangan batu, dan gambar 3.3(b) dan 3.3(c) dari beton bertulang (reinforced concrete).
Bila abutment ini makin tinggi, maka berat tanah timbunan dan tekanan tanah aktif makin tinggi pula, sehingga sering kali dibuat bermacam – macam bentuk untuk mereduksi pengeruh – pengeruh tersebut.
Gambar 3.4. Macam – Macam Bentuk Abutment Untuk Mereduksi tekanan Tanah Aktif

Gambar 3.4.(a). menunjukkan abutment yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mereduksi momen / tekanan tanah aktif. Dan gambar 3.4.(b). menunjukkan


abutment yang dibelakangnya dibuat (dikombinasi) dengan semacam box kosong. Disini dimaksudkan untuk mengurangi berat tanah timbunan.
Disamping beban – beban vertical dan momen tersebut, kadang – kadang gaya – gaya horizontal yang timbul masih cukup besar sehingga, misalnya pada abutment dengan pondasi langsung yang mana didalam perhitungannya masih didapatkan koefisien keamanan terhadap geser yang belum mencukupi persyaratan, maka sering ditempuh cara lain misalnya dengan memberikan semacam kaki atau tumit pada bidang pondasinya. Cara meletakkan tumit bias bermacam – macam (lihat gambar 3.5).



                                                   gambar 3.5. Cara meletakkan tumit

2)      Pilar Jembatan
Bentuk pilar jembatan
a)      Berbeda dengan abutment yang jumlahnya 2 buah dalam satu jembatan, maka pilar ini belum tentu ada dalam suatu jembatan. Gambar 3.6. Menunjukkan suatu jembatan rangka tanpa pilar.

                                     gambar 3.6 Jembatan rangka baja tanpa pilar


b)      Pilar jembatan pada umumnya terkena pengaruh aliran sungai sehingga didalam perencanaannya direncanakan selain segi kekuatannya harus juga diperhitungkan segi – segi keamananya.
Bentuk dari dinding pilar ini bisa masif (solid), kotak atau beberapa kotak (cellular), bias terdiri dari kolom – kolom (trestle) atau dari 1 kolom saja (hammer head). Lihat Gambar 3.7.
                                                  Gambar 3.7. Bentuk Dinding Pilar
3)      Pada solid type selain dari beton bertulang, sering dijumpai juga terbuat dari pasangan batu. Bila bentuk ini dipergunakan khusus pada bidang kotak dengan arus air harus dibuat lengkung air (cut water). Salah satu keuntungannya ialah mudah di dalam pengerjaannya.
Penggunaan bentuk ini harus diperhitungkan terhadap arah arus sungai yang tidak konstan. Jika arah arus parallel dengan arah dinding pilar maka bidang kontak langsung dengan arus hanya sebesar tebal dinding sumuran D (lihat gambar 3.8 ), akan tetapi apabila suatu ketika arah arus yang baru menyudut α dengan arah arus yang lama maka bidang kontak tersebut menjadi D’ ∞ B sin α dimana B = panjang dinding pilar dan D’ ini > D.

Gambar 3.8 Layout Dinding Pilar Jika Arus Parallel Dan

Arus Yang Menyudut α


Bentuk yang lebih ekonomis, misalnya jika dinding pilar dilaksanakan dengan bentuk kolom bulat dan oval (trestle type dan hammer type), meskipun pelaksanaannya lebih sulit. Bentuk kolom bulat mempunyai suatu keuntungan yaitu tidak ada perubahan pengaruh jika arah arus berubah – ubah (Lihat Gambar 3.9).

                                           Gambar 3.9 Pilar Dengan Bentuk Kolom Bulat

Untuk pilar – pilar yang tinggi bentuk trestle type, sering diperkuat dengan kopel atau dinding untuk menambah kekakuan dalam kaitannya dengan pengaruh tekuk pada kolom
Gambar 3.
                    gambar 3.10 Trestle Type

Pada Gambar 3.11 Menunjukkan bentuk – bentuk lain dari pilar yang karena pertimbangan – pertimbangan pelaksanaan (misalnya pail air normal yang cukup tinggi sehingga sulit untuk melaksanakan kistdam), bidang poer dibuat di atas tinggi normal.


                            Gambar 3.11 Penempatan Pilar pada Air  Normal

            Menurut (siswanto:1999), Secara umum struktur bawah dilakukan meliputi stabilitas dan kekuatan elemen-elemen struktur, sehingga aman terhadap penggulinagan atau penggeseran. Struktur bawah suatu jembatan adalah merupakan sutau pengelompokan bagian-bagian jembatan yang menyangga jenisjenis beban yang sama dan memberikan jenis reaksi sama, atau juga dapat disebut struktur yang langsung berdiri di atas dasar tanah.
1)      Fondasi, merupakan bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan bebanbeban langsung kea tau dari tanah atau batuan/lapisan tanah keras.
2)      Bangunan bawah (pangkal jembatan, pilar) yaitu bagian-bagian jembatan yang memindahkan beban-beban dari perletakan ke fondasi, dan biasanya juga difungsikan sebagai bangunan penahan tanah.
b.      Struktur Atas
Struktur atas jembatan adalah bagian dari struktur jembatan yang secara langsung menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan ke bangunan bawah jembatan; bagian-bagian pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas struktur utama, sistem lantai, sistem perletakan, sambungan siar muai dan perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung.

Gambar 3.12 Gelagar Baja Indonesia
            Struktur atas jembatan adalah bagian-bagian jembatan yang memindahkan beban-beban lantai jembatan kearah perletakan. Struktur atas terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau perletakan, struktur lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah melintang dan memanjang.
c.       Pondasi
Macam – macam pondasi secara umum :
1)      Pondasi dangakal – pondasi langsung (Shallaow Foundations) Pondasi langsung dipergunakan bila lapisan tanah pondasi yang telah diperhitungkan mampu memikul beban – beban di atasnya, terletak pada lokasi yang dangkal dari dasar sungai atau tanah setempat. (lihat gambar – gambar pondasi langsung dari abutment/pilar).


Gambar 3.13 Pondasi Langsung pada Abutment



2)      Pondasi dalam (Deep Foundations)
Pondsi dalam sering juga dinamakan pondasi tak langsung, alasannya ialah karena beban – beban yang akan diteruskan ke lapisan tanah yang mampu memikulakanya, letaknya dalam dari tanah setempat, sehingga terlebih dahulu harus disalurkan melewati suatu konstruksi penerus yang disebut pondasi tiang atau pondasi sumuran.
a)      Pondasi Tiang Pancang Jenis – jenis tiang pancang :
1.        Point bearing pile Point bearing pile dimaksudkan kekuatan tiang didasarkan pada daya dukung tanah (Gambar 3.14). Sering kali didalam perencanaan didapatkan daya dukung tersebut sangat besar sehingga akhirnya kekuatan tiang pancangnya sendiri yang lebih menentukan.
Gambar 3.14 Point Bearing Piles

2.     
Friction piles Friction piles : jika tanah tersebut mengandung banyak pasir, maka akan bekerja gaya – gaya dari pasir tersebut. (Gambar 3.15)


Gambar 3.15 Friction Files

3.     
Adhesive pile
Jika tanah tersebut tanah liat, maka akan bekerja gaya – gaya lekatan. Tiang pancang demikian dinamakan Adhesive pile.
Bentuk dan material pondasi tiang pancang :
Material tiang pancang bias dari kayu, baja, beton bertulang, dan beton pratekan. Diberikan beberapa contoh untuk tiang pancang.
1)      Tiang pancang kayu Pada umumnya bentuk tiang pancang ini bulat atau segi empat.
2)      Tiang pancang beton bertulang Paling banyak digunakan untuk pondasi tiang pada jembatan – jembatan di Indonesia.
3)      Tiang beton pratekan
4)      Tiang Baja
Dilihat dari daya dukungnya tiang baja ini mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada tiang beton (untuk luas bidang kekuatan yang sama). Untuk tanah – tanah yang berpasir, tiang pancang baja lebih sesuai dari tiang beton. Pada umumnya bentuk tiang pancang baja adalah profile atau pipa ( bentuk – bentuk ini yang banyak dilaksanakan untuk jembatan – jembatan di Indonesia).


b)      Pondasi sumuran
Jenis – jenis pondasi sumuran :
1.      Open caissons Open caissons sering juga dinamakan well foundation. Dimaksudkan pondasi sumuran dimana tidak ada penutup atas maupun bawah selama dalam pelaksanaan.
2.      Pneumatic caisson
Pneumatic caisson adalah caisson dimana diperlengkapi dengan konstruksi penutup didekat dasar caisson yang dapat diatur sedemikian rupa sehingga pekerja – pekerja dapat melaksanakan penggalian tanah di dasar sumuran di bawah konstruksi penutup tersebut. Pondasi ini kebanyakan dilaksanakan pada jembatan dimana kondisi air sungainya sangat tinggi sehingga tidak mungkin bias dibuat pembendung air (kistdam) secara tersendiri.
d.      Banguan pengaman
              Bangunan Pengaman merupakan bangunan yang diperlukan untuk pengamanan jembatan terhadap lalu lintas darat, lalu lintas air, penggerusan dan lain-lain.
              Bangunan pelengkap pada jembatan adalah bangunan yang merupakan pelengkap dari konstruksi jembatan yang fungsinya untuk pengamanan terhadap struktur jembatan secara keseluruhan dan keamanan terhadap pemakai jalan. Macam-macam bangunan pelengkap:
1)      Saluran drainase Terletak dikanan-kiri abutment dan di sisi kanan-kiri perkerasan jembatan. Saluran drainase berfungsi untuk saluran pembuangan air hujan diatas jembatan,
2)      Jalan Pendekat (oprit)
jalan pendekat adalah struktur jalan yang menghubungkan antara suatu ruas jalan dengan struktur jembatan; bagian jalan pendekat ini dapat terbuat dari tanah timbunan, dan memerlukan pemadatan yang khusus, karena letak dan posisinya yang cukup sulit untuk dikerjakan, atau dapat juga berbentuk


struktur kaki seribu (pile slab), yang berbentuk pelat yang disangga oleh balok kepala di atas tiang-tiang. Permasalahan utama pada timbunan jalan pendekat yaitu sering terjadinya penurunan atau deformasi pada ujung pertemuan antara struktur perkerasan jalan terhadap ujung kepala jembatan. Hal ini disebabkan karena:
a)      Pemadatan yang kurang sempurna pada saat pelakasanaan, akibat tebal pemadatan tidak mengikuti ketentuan pelaksanaan atau kadar air optimum tidak terpenuhi.
b)      Karena air mengalir keluar, dimana terjadi kapilerisasi pada lapisan atau kelurusan air melalui saluran drainase sehingga ada perubahan tegangan efektif.
c)      Pemadatan lapisan timbunan jalan pendekat yang berlebih, dimana terjadi perubahan kadar air yang mengakibatkan pengembangan lapisan tanah yang dapat mendesak permukaan perkerasan ke atas.
3)      Talud Talud mempunyai fungsi utama sebagai pelindung abutment dari aliran air sehingga sering disebut talud pelindung terletak sejajar dengan arah arus sungai.
4)      Guide post/patok penuntun Patok Penuntun berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi kendaraan yang akan melewati jembatan, biasanya diletakkan sepanjang panjang oprit jembatan.
5)      Lampu penerangan Menurut Departement Pekerjaan Umum (1992) tentang spesifikasi lampu penerangan jalan perkotaan, Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun ling kungan disekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan (intersection), jalan layang (interchange, overpass, fly over), jembatan dan jalan di bawah tanah (underpass, terowongan).
Beberapa fungsi dari Lampu Penerangan Jalan antara lain :


a)        untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengendara, khususnya untuk mengantisipasi situasi perjalanan pada malam hari.
b)        memberi penerangan sebaik-baiknya menyerupai kondisi di siang hari.
c)        untuk keamanan lingkungan atau mencegah kriminalitas.
d)       untuk memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan jalan.
6)      Trotoar
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar.



BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
            Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain berupa jalan air atau lalu lintas biasa.
            Jembatan dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam jenis/tipe menurut fungsi, keberadaan, material yang dipakai, jenis lantai kendaraan dan lain-lain. Konstruksi jembatan pun mempunyai kekurangan dan kelebihan.
                   Suatu bangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu Bangunan atas, Landasan, Bangunan bawah Pondasi, Oprit, Bangunan pengaman jembatan.
Secara umun bentuk dan bagian-bagian suatu struktur jembatan dapat dibagi dalam empat bagian utama, yaitu : struktur bawah, struktur atas, jalan pendekat, bangunan pengaman.

4.2  Saran
            Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.




DAFTAR PUSTAKA
Asiyanto.2008.Metode Konstruksi Jembatan Rangka Baja.Jakarta:UI Press.
Manullang, T.H.H. (2010) Perancangan Jembatan Baja SUI. DAK Kabupaten Sintang  Propinsi Kalimantan Barat. S1 thesis, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Siswanto, M.F., 1999. Diktat Kuliah Struktur Baja III. Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil FT Universitas Gadjah Mada
Sturyk dan Veen.1984.Jembatan. Jakarta : P.T. Pradnya Paramita.
Supriyadi, Bambang. 1997. Analisis Struktur Jembatan. Yogyakarta: Betta Offset
Supriyadi dan Muntohar.2007.Jembatan.Yogyakarta:Betta Offset.









No comments:

Post a Comment